Kamis, 12 Januari 2017

Integrated dalam Keterampilan Teknologi Abad 21di Kurikulum IPA SMP



Integrated dalam Keterampilan Teknologi Abad 21di Kurikulum IPA SMP

FADLI ROBBY AL-FARISI
11140161000037
BIO 5B


Abad 21 adalah abad dengan teknologi  yang  sudah sangat canggih. Semua dapat dicapai hanya dengan beberapa perangkat kecil dan sederhana. Teknologi abad 21 tidak hanya untuk hiburan dan bisnis semata, tetapi bisa juga untuk ilmu pengetahuan baik dalam hal ilmu, teori, sampai praktik. Dengan adanya teknologi canggih abad 21, ilmu pengetahuan sangat mudah di capai, hanya tinggal menulis kata kunci yang ingin kita ketahui dan ribuan teori yang mendukung akan langsung berdatangan dengan cepat. Jika ilmu teori dapat dengan mudah di cari dengan teknologi abad 21.

Pada abad 21 ini, persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan khususnya pendidikan sains sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi. Sumber daya manusia yang berkualitas, dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Ini dikarenakan Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan.

 Pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu cepat berimbas pada tuntutan perubahan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan memang selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia pada masanya. Sekarang tujuan pendidikan bukan lagi mencetak manusia yang hanya mampu membaca, menulis dan berhitung tetapi manusia yang mampu secara terampil berpikir dalam mengolah informasi. Keterampilan berpikir dalam mengolah informasi yang ada secara kritis akan membantu memahami dan mengatasi masalah yang muncul.

Abad 21 merupakan abad pengetahuan, abad dimana informasi banyak tersebar dan teknologi berkembang. Karakteristik abad 21 ditandai dengan semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi diantaranya menjadi semakin cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan, telah terbukti dengan semakin menyempit dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan ilmu pengetahuan oleh umat manusia (BSNP, 2010). Abad 21 juga ditandai dengan banyaknya (1) informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi yang semakin cepat; (3) otomasi yang menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja dan kemana saja (Litbang Kemdikbud, 2013).

Menyongsong pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas peran Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Hal itu juga dijadikan acuan dalam pembelajaran IPA.

Pengembangan kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini, mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama, mata pelajaran IPA dikemas secara terintegrasi pada keilmuan IPA, terintegrasi dengan pembentukan karakter. Perubahan pendidikan dan mindset para guru harus didasarkan pada kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh para siswa di abad 21 ini untuk dapat mencapai partisipasi penuh di masyarakat

 Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan, standar proses akan membentuk siswa yang memiliki keterampilan ilmiah, keterampilan berpikir dan strategi berpikir; standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif; standar asesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran. Penerapan standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan.

Keterampilan berpikir minimal yang perlu dikembangkan dalam menghadapi perkembangan IPTEK di abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis. penekanan pengembangan keterampilan berpikir kritis menjadi salah satu arah pendidikan sains untuk abad 21 sehingga dapat mengikuti perkembangan IPTEK. Keterampilan berpikir kritis termasuk dalam proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi yang mampu mengolah informasi disekitarnya untuk digunakan dalam setiap kondisi yang muncul. IPA sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada sekolah di Indonesia juga perlu diperhatikan tujuan pendidikannya, termasuk pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA. Perlunya pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa, sudah mulai disadari para ahli pendidikan Indonesia, namun belum secara maksimal dikembangkan termasuk dalam pembelajaran IPA.

Kesadaran akan perlunya memahami IPA secara utuh ditunjukkan dengan adanya pembelajaran rumpun IPA di SD dan SMP sebagai satu mata pelajaran IPA terpadu. Hal ini tertuang pada Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang pembelajaran IPA di SMP sesuai kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa muatan IPA berasal dari disiplin Biologi, Fisika, Kimia dan Bumi dan Antariksa (IPBA) sehingga pembelajaran IPA disajikan dalam bentuk integrated science. Konsep materi Fisika, Kimia, Biologi dan IPBA dipadukan dengan harapan siswa mampu mengembangkan pengetahuan sebuah tema IPA secara utuh, sehingga ketika menemui suatu masalah IPA siswa dapat mengidentifikasinya.

Adapun kendala dalam pelaksanaan dilapangan dikarenakan guru yang mengajar IPA bukan merupakan lulusan atau ahli dalam IPA terpadu, maka guru IPA di SMP masih kesulitan melakukan pembelajaran IPA terpadu. bahkan ada kecenderungan lebih menenkankan pengajaran konten disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi yang menjadi keahliannya. Pentingnya pengembangan keterampilan berpikir siswa dan pemahaman IPA secara utuh dapat dicapai salah satunya melalui pembelajaran terpadu tipe integrated. Tipe integrated mampu memadukan pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu yang lebih dari dua disiplin ilmu dengan porsi materi yang sama. Konsep-konsep antar lintas disiplin ilmu IPA akan mengembangkan kemampuan siswa dalam saling silang konsep. Adanya tuntutan kemampuan saling silang dalam pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu menuntun siswa berpikir lebih kompleks dan meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Kemampuan saling silang difasilitasi tipe integrated secara khusus sebagai bagian overlapping (tumpang tindih). Bagian tumpang tindih merupakan karakteristik dari tipe integrated, dimana tumpang tindih sebagai irisan konsep lintas disiplin ilmu bukan hanya irisan semua disiplin ilmu yang dipadukan tetapi juga memiliki irisan antar anggota disiplin ilmu (Forgaty, 1991). Kemampuan saling silang ini membantu siswa berpikir kritis tentang sebuah konsep dengan memandang dari berbagai sudut ilmu, sehingga akan mudah dalam mencari solusi dalam kondisi tertentu. Hal itu disampaikan oleh Trefil & Hazen (2010) bahwa salah satu pembelajaran yang dapat memfasilitasi kebutuhan berpikir kritis IPA adalah pembelajaran IPA terpadu tipe integrated. Hal tersebut sesuai pula dengan hasil penelitian Turpin & Cage (2004) dan hasil penelitian Plotrick et al. (2009) yang menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu lintas disiplin ilmu dengan tipe integrated akan mampu mempermudah siswa menguasai konsep secara utuh. Pembelajaran tipe integrated mampu memfasilitasi pengembangan kemampuan siswa menguasai konten dan keterampilan (Fogarty, 1991). Selain itu, pembelajaran terpadu pada IPA juga akan meningkatkan efektif dan efisien sebuah pembelajaran (Trianto, 2014).

Karakter kepribadian siswa seperti karakter rasional, rasa ingin tahu, objektif, jujur, dan berpikiran terbuka dalam IPA sebenarnya telah diakomodasi sebagai aspek-aspek sikap ilmiah. Bahkan pengembangan sikap ilmiah sebagai salah satu hakikat IPA, namun dalam penerapannya belum secara optimal. Pada dasarnya sikap merupakan pembawaan seseorang yang dapat dipelajari, sehingga dapat dikembangkan menjadi lebih baik, salah satunya melalui pembelajaran (Dahar, 2011). Hal ini menunjukkan perlunya pembelajaran IPA yang memaksimalkan kembali pengembangan sikap ilmiah disamping kompetensi yang lain seperti keterampilan berpikir kritis.

Salah satu pengembangan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA menurut Dahar (2011) yaitu melalui kegiatan laboratorium. Dalam kegiatan tersebut selain siswa mempelajari keterampilan dalam menggunakan alat laboratorium, siswa juga mempelajari bagaimana sikap-sikap seorang ilmuan. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran IPA seperti kegiatan laboratorium yang mampu mengakomodasi sikap ilmiah disamping pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam memahami IPA secara utuh. Pembelajaran tipe integrated merupakan pembelajaran yang mampu memadukan konten, keterampilan dan sikap, sehingga secara langsung ketiga komponen tersebut dapat dikembangkan lebih maksimal (Fogarty, 1991). Pengembangan keterampilan berpikir kritis yang diiringi pengembangan sikap ilmiah dalam sebuah pembelajaran IPA terpadu tipe integrated diharapkan mampu menjawab tuntutan pencapaian kompetensi bidang pendidikan.

Penelitian terkait pembelajaran terpadu telah dikembangkan oleh beberapa peneliti terdahulu (Turpin & Cage, 2004; Plotrick et al, 2009; Lin, 2013; Liliawati, 2014; Sakti, 2014). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu teruji dapat meningkatkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berargumentasi, penguasaan konsep sains, dan menjadikan kegiatan laboratorium lebih efisien. Namun tipe keterpaduan yang dilakukan hanya berupa konten, sedangkan keterpaduan yang melibatkan konten, keterampilan dan sikap belum dilakukan. Selain itu, belum terdapat penelitian mengenai pengaruh pembelajaran terpadu terhadap sikap ilmiah. Padahal sikap ilmiah penting untuk dikembangkan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Perubahan merupakan salah satu tema besar dari konsep IPA yang diajarkan di tingkat SMP. Hal itu dikarenakan baik disiplin ilmu Biologi, Fisika maupun Kimia membahas tema perubahan sebagai dasar konsep tingkat selanjutnya seperti pembahasan konsep perubahan suhu sebagai konsep dasar pemahaman terhadap termodinamika. Pembelajaran konsep perubahan dari ketiga disiplin ilmu Biologi, Fisika, dan Kimia diberikan pada siswa SMP kelas VII. Namun demikian, konsep besar perubahan merupakan salah satu konsep abstrak yang dalam memahaminya membutuhkan keterampilan berpikir siswa. Selain itu, konsep besar perubahan terkait masalah kontekstual dalam lingkungan kehidupan sehari-hari merupakan satu kesatuan konsep, sehingga siswa perlu memahami konsep besar perubahan ditinjau dari ketiga disiplin ilmu IPA tersebut. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran terpadu tipe integrated dalam penelitian ini menggunakan konsep perubahan sebagai konten yang akan dipadukan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.

Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone, 2011). sejumlah penelitan tentang pemanfaatan teknologi informasi yang mendukung pembelajaran abad 21 telah dilakukan di berbagai negara. Diantaranya yaitu, teknologi web 2.0 cocok untuk memenuhi sebagian tuntutan yang muncul dari masyarakat pembelajar di abad 21 (Yengin, 2014). Kemudian di Portugal, program aplikasi Scratch berhasil memotivasi siswa sekolah dasar kelas 5 dan 6 dan meningkatkan proses belajarnya. Selain itu juga, program aplikasi Scratch berhasil meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kolaborasi siswa (Pinto & Escudeiro, 2014).
Bentuk-bentuk pemanfataan teknologi informasi lainnya yang berkontribusi dalam menyiapkan pembelajaran abad 21 adalah pemanfaatan MOOCs (Goto, Batchelor, & Lautenbach, 2015), pembelajaran berbasis video game (Nino & Evans, 2015), pemanfaatan e-learning baik itu menggunakan LMS (learning management system) atau aplikasi pembelajaran lainnya (Tamimudin H, 2013), dan pemanfaatan mobile learning sebagai media pembelajaran dalam 5 komptensi inti pembelajaran abad 21 (Lai & Hwang, 2014).
Dari semua yang telah di jelaskan di atas, dapat di simpulkan bahwa, dalam abad 21 ini teknologi semakin canggih dan tuntututan ilmu pengetahuan ikut meningkat. Oleh karena itu Pembelajaran IPA di SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu, yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan social. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan penerapan integrative science pada pembelajaran IPA di SMP, diharapkan akan terwujud 21st century skill.


DAFTAR PUSTAKA


 Widhy H, M.Pd, Purwanti, 2013,  Integrative Science untuk Mewujudkan 21st Century Skill
dalam Pembelajaran IPA SMP. Depdiknas: Jakarta

RESTI PRATIWI, TIKA, 2015, PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SM. UPI: Bandung

 Dr. Kuntari Eri Murti, MM, 2002, PENDIDIKAN ABAD 21 dan IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) untuk PAKET KEAHLIAN DESAIN INTERIOR, Depdiknas: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar