Integrated dalam Keterampilan Teknologi Abad 21di
Kurikulum IPA SMP
FADLI
ROBBY AL-FARISI
11140161000037
BIO
5B
Abad 21 adalah abad dengan teknologi
yang sudah sangat canggih. Semua dapat dicapai hanya
dengan beberapa perangkat kecil dan sederhana. Teknologi abad 21 tidak hanya untuk
hiburan dan bisnis semata, tetapi bisa juga untuk ilmu pengetahuan baik dalam hal
ilmu, teori, sampai praktik. Dengan adanya teknologi canggih abad 21, ilmu pengetahuan
sangat mudah di capai, hanya tinggal menulis kata kunci yang ingin kita ketahui
dan ribuan teori yang mendukung akan langsung berdatangan dengan cepat. Jika ilmu
teori dapat dengan mudah di cari dengan teknologi abad 21.
Pada abad 21 ini, persaingan dalam
berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan khususnya pendidikan
sains sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya sumber daya
manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi. Sumber daya manusia yang
berkualitas, dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan
utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Ini dikarenakan Pendidikan
memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat
berpengetahuan yang memiliki keterampilan.
Pendidikan
menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan
belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi,
serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu cepat berimbas
pada tuntutan perubahan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan memang selalu
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia pada masanya. Sekarang tujuan
pendidikan bukan lagi mencetak manusia yang hanya mampu membaca, menulis dan
berhitung tetapi manusia yang mampu secara terampil berpikir dalam mengolah
informasi. Keterampilan berpikir dalam mengolah informasi yang ada secara
kritis akan membantu memahami dan mengatasi masalah yang muncul.
Abad 21 merupakan abad pengetahuan,
abad dimana informasi banyak tersebar dan teknologi berkembang. Karakteristik
abad 21 ditandai dengan semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga
sinergi diantaranya menjadi semakin cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi di dunia pendidikan, telah terbukti dengan semakin
menyempit dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek
penentu kecepatan dan keberhasilan ilmu pengetahuan oleh umat manusia (BSNP,
2010). Abad 21 juga ditandai dengan banyaknya (1) informasi yang tersedia
dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi yang semakin cepat; (3)
otomasi yang menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi yang
dapat dilakukan dari mana saja dan kemana saja (Litbang Kemdikbud, 2013).
Menyongsong
pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas peran Pendidikan Nasional.
Sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Oleh karena itu, pendidikan
nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan
bangsa dan karakter. Hal itu juga dijadikan acuan dalam pembelajaran IPA.
Pengembangan
kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan
abad 21, memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran.
Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini, mata
pelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama, mata pelajaran IPA dikemas
secara terintegrasi pada keilmuan IPA, terintegrasi dengan pembentukan
karakter. Perubahan pendidikan dan mindset para guru harus didasarkan pada
kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh para siswa di abad 21 ini untuk dapat
mencapai partisipasi penuh di masyarakat
Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar
isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan, standar proses
akan membentuk siswa yang memiliki keterampilan ilmiah, keterampilan berpikir
dan strategi berpikir; standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu
berpikir kritis dan kreatif; standar asesmen mengevaluasi siswa secara
manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran. Penerapan
standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan
memberikan soft skill berupa
karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan
standar-standar guna membangun karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat
dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan.
Keterampilan
berpikir minimal yang perlu dikembangkan dalam menghadapi perkembangan IPTEK di
abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis. penekanan pengembangan
keterampilan berpikir kritis menjadi salah satu arah pendidikan sains untuk
abad 21 sehingga dapat mengikuti perkembangan IPTEK. Keterampilan berpikir
kritis termasuk dalam proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi yang mampu mengolah informasi
disekitarnya untuk digunakan dalam setiap kondisi yang muncul. IPA sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada
sekolah di Indonesia juga perlu diperhatikan tujuan pendidikannya, termasuk
pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA. Perlunya
pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa, sudah mulai disadari para ahli
pendidikan Indonesia, namun belum secara maksimal dikembangkan termasuk dalam
pembelajaran IPA.
Kesadaran
akan perlunya memahami IPA secara utuh ditunjukkan dengan adanya pembelajaran
rumpun IPA di SD dan SMP sebagai satu mata pelajaran IPA terpadu. Hal ini
tertuang pada Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang pembelajaran IPA di SMP
sesuai kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa muatan IPA berasal dari disiplin
Biologi, Fisika, Kimia dan Bumi dan Antariksa (IPBA) sehingga pembelajaran IPA
disajikan dalam bentuk integrated
science. Konsep materi Fisika, Kimia, Biologi dan IPBA dipadukan dengan
harapan siswa mampu mengembangkan pengetahuan sebuah tema IPA secara utuh,
sehingga ketika menemui suatu masalah IPA siswa dapat mengidentifikasinya.
Adapun
kendala dalam pelaksanaan dilapangan dikarenakan guru yang mengajar IPA bukan
merupakan lulusan atau ahli dalam IPA terpadu, maka guru IPA di SMP masih
kesulitan melakukan pembelajaran IPA terpadu. bahkan ada kecenderungan lebih
menenkankan pengajaran konten disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi yang
menjadi keahliannya. Pentingnya pengembangan keterampilan berpikir siswa dan
pemahaman IPA secara utuh dapat dicapai salah satunya melalui pembelajaran
terpadu tipe integrated. Tipe integrated mampu memadukan
pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu yang lebih dari dua disiplin ilmu
dengan porsi materi yang sama. Konsep-konsep antar lintas disiplin ilmu IPA
akan mengembangkan kemampuan siswa dalam saling silang konsep. Adanya tuntutan
kemampuan saling silang dalam pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu menuntun
siswa berpikir lebih kompleks dan meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Kemampuan
saling silang difasilitasi tipe integrated secara khusus sebagai bagian overlapping
(tumpang tindih). Bagian tumpang tindih merupakan karakteristik dari tipe integrated,
dimana tumpang tindih sebagai irisan konsep lintas disiplin ilmu bukan hanya
irisan semua disiplin ilmu yang dipadukan tetapi juga memiliki irisan antar
anggota disiplin ilmu (Forgaty, 1991). Kemampuan saling silang ini membantu
siswa berpikir kritis tentang sebuah konsep dengan memandang dari berbagai
sudut ilmu, sehingga akan mudah dalam mencari solusi dalam kondisi tertentu.
Hal itu disampaikan oleh Trefil & Hazen (2010) bahwa salah satu
pembelajaran yang dapat memfasilitasi kebutuhan berpikir kritis IPA adalah
pembelajaran IPA terpadu tipe integrated. Hal tersebut sesuai pula
dengan hasil penelitian Turpin & Cage (2004) dan hasil penelitian Plotrick et
al. (2009) yang menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu lintas disiplin ilmu
dengan tipe integrated akan mampu mempermudah siswa menguasai konsep
secara utuh. Pembelajaran tipe integrated mampu memfasilitasi
pengembangan kemampuan siswa menguasai konten dan keterampilan (Fogarty, 1991).
Selain itu, pembelajaran terpadu pada IPA juga akan meningkatkan efektif dan
efisien sebuah pembelajaran (Trianto, 2014).
Karakter
kepribadian siswa seperti karakter rasional, rasa ingin tahu, objektif, jujur,
dan berpikiran terbuka dalam IPA sebenarnya telah diakomodasi sebagai
aspek-aspek sikap ilmiah. Bahkan pengembangan sikap ilmiah sebagai salah satu
hakikat IPA, namun dalam penerapannya belum secara optimal. Pada dasarnya sikap
merupakan pembawaan seseorang yang dapat dipelajari, sehingga dapat
dikembangkan menjadi lebih baik, salah satunya melalui pembelajaran (Dahar,
2011). Hal ini menunjukkan perlunya pembelajaran IPA yang memaksimalkan kembali
pengembangan sikap ilmiah disamping kompetensi yang lain seperti keterampilan
berpikir kritis.
Salah
satu pengembangan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA menurut Dahar (2011)
yaitu melalui kegiatan laboratorium. Dalam kegiatan tersebut selain siswa
mempelajari keterampilan dalam menggunakan alat laboratorium, siswa juga
mempelajari bagaimana sikap-sikap seorang ilmuan. Oleh karena itu diperlukan
pembelajaran IPA seperti kegiatan laboratorium yang mampu mengakomodasi sikap
ilmiah disamping pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam memahami IPA
secara utuh. Pembelajaran tipe integrated merupakan pembelajaran yang
mampu memadukan konten, keterampilan dan sikap, sehingga secara langsung ketiga
komponen tersebut dapat dikembangkan lebih maksimal (Fogarty, 1991).
Pengembangan keterampilan berpikir kritis yang diiringi pengembangan sikap
ilmiah dalam sebuah pembelajaran IPA terpadu tipe integrated diharapkan
mampu menjawab tuntutan pencapaian kompetensi bidang pendidikan.
Penelitian
terkait pembelajaran terpadu telah dikembangkan oleh beberapa peneliti
terdahulu (Turpin & Cage, 2004; Plotrick et al, 2009; Lin, 2013;
Liliawati, 2014; Sakti, 2014). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
pembelajaran terpadu teruji dapat meningkatkan keterampilan proses sains,
kemampuan berpikir kritis, kemampuan berargumentasi, penguasaan konsep sains,
dan menjadikan kegiatan laboratorium lebih efisien. Namun tipe keterpaduan yang
dilakukan hanya berupa konten, sedangkan keterpaduan yang melibatkan konten, keterampilan
dan sikap belum dilakukan. Selain itu, belum terdapat penelitian mengenai
pengaruh pembelajaran terpadu terhadap sikap ilmiah. Padahal sikap ilmiah
penting untuk dikembangkan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Perubahan
merupakan salah satu tema besar dari konsep IPA yang diajarkan di tingkat SMP.
Hal itu dikarenakan baik disiplin ilmu Biologi, Fisika maupun Kimia membahas
tema perubahan sebagai dasar konsep tingkat selanjutnya seperti pembahasan
konsep perubahan suhu sebagai konsep dasar pemahaman terhadap termodinamika.
Pembelajaran konsep perubahan dari ketiga disiplin ilmu Biologi, Fisika, dan
Kimia diberikan pada siswa SMP kelas VII. Namun demikian, konsep besar
perubahan merupakan salah satu konsep abstrak yang dalam memahaminya membutuhkan
keterampilan berpikir siswa. Selain itu, konsep besar perubahan terkait masalah
kontekstual dalam lingkungan kehidupan sehari-hari merupakan satu kesatuan
konsep, sehingga siswa perlu memahami konsep besar perubahan ditinjau dari
ketiga disiplin ilmu IPA tersebut. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran
terpadu tipe integrated dalam
penelitian ini menggunakan konsep perubahan sebagai konten yang akan dipadukan
dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
Untuk menghadapi pembelajaran di
abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pengetahuan
dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone, 2011).
sejumlah penelitan tentang pemanfaatan teknologi informasi yang mendukung
pembelajaran abad 21 telah dilakukan di berbagai negara. Diantaranya yaitu,
teknologi web 2.0 cocok untuk memenuhi sebagian tuntutan yang muncul dari
masyarakat pembelajar di abad 21 (Yengin, 2014). Kemudian di Portugal, program
aplikasi Scratch berhasil memotivasi siswa sekolah dasar kelas 5 dan 6 dan
meningkatkan proses belajarnya. Selain itu juga, program aplikasi Scratch
berhasil meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kolaborasi siswa (Pinto &
Escudeiro, 2014).
Bentuk-bentuk pemanfataan teknologi
informasi lainnya yang berkontribusi dalam menyiapkan pembelajaran abad 21
adalah pemanfaatan MOOCs (Goto, Batchelor, & Lautenbach, 2015),
pembelajaran berbasis video game (Nino & Evans, 2015), pemanfaatan
e-learning baik itu menggunakan LMS (learning management system) atau
aplikasi pembelajaran lainnya (Tamimudin H, 2013), dan pemanfaatan mobile
learning sebagai media pembelajaran dalam 5 komptensi inti pembelajaran abad 21
(Lai & Hwang, 2014).
Dari semua
yang telah di jelaskan di atas, dapat di simpulkan bahwa, dalam abad 21 ini
teknologi semakin canggih dan tuntututan ilmu pengetahuan ikut meningkat. Oleh
karena itu Pembelajaran
IPA di SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu, yang
berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar,
rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan alam dan social. Integrative
science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dengan penerapan integrative science pada pembelajaran IPA di SMP, diharapkan
akan terwujud 21st century
skill.
DAFTAR
PUSTAKA
Widhy H, M.Pd,
Purwanti, 2013, Integrative
Science untuk Mewujudkan 21st Century Skill
dalam Pembelajaran IPA SMP. Depdiknas: Jakarta
RESTI PRATIWI, TIKA, 2015, PEMBELAJARAN
TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SM. UPI: Bandung
Dr. Kuntari Eri Murti, MM, 2002, PENDIDIKAN ABAD 21 dan IMPLEMENTASINYA PADA
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) untuk PAKET KEAHLIAN DESAIN
INTERIOR, Depdiknas: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar